Pages

Awaken

Sometimes, standing among millions of ghuraba people can raise up our holy and strong spirit to awake this ummah. Wait till we meet in jama'ah and we will hit this universe with the holiest and super incredible new system for the new programme generation. Let's raise our hand and pray for our world.


Total Pageviews

Jadual Tugasan 15zikr

  • Minggu 1 : Syuhada - Ruziah - Iffah Hanna - Aliya
  • Minggu 2 : Nabilah Kamal - Basyirah Ritzuan - Syafiqah Sabbri - Syahirah
  • Minggu 3 : Fatin Nabila - Izzati - Fatimah - Basyirah Z
  • Minggu 4 : Sofiah Hadi - Nadhirah - Nadiah - Fatinah

Sunday, November 18, 2012

Adakah anda orang yang 'BAHAGIA'?



KEBAHAGIAAN
   Kebahagiaan itu merupakan syurga impian, yang dirindukan oleh setiap orang. Daripada ahli fikir yang berada di puncak pemikiran dan renungannya, sehinggalah kepada rakyat biasa yang hidup dalam serba kekurangan dan kesederhanaan. Daripada raja-raja yang bersemayam dalam mahligai dan istana yang indah, hinggalah kepada kaum miskin yang melarat, hanya mendiami tempat tinggal yang kecil, semuanya merindukan kebahagiaan. Pasti tidak ada seorangpun yang menginginkan atau mencari nasib yang malang, dan tidak ada pula yang merasa puas dengan kesengsaraan hidupnya.

  Maka timbullah persoalan, “DI MANAKAH LETAKNYA KEBAHAGIAAN?”

  Banyak orang mencari kebahagiaan, tetapi dicarinya bukan di tempat kebahagiaan itu terletak. Akibatnya, bagai orang mencari mutiara di gurun pasir, lalu pulang dengan tangan yang kosong. Dia pulang hanya membawa kaletihan badan, kekecewaan perasaan, kesal dan putus harapan.

BAHAGIA BUKAN DALAM KEBENDAAN
  
   Sebagai contoh, kita kemukakan di sini apa yang ditulis oleh pemimpin redaksi majalah ‘Ros el Yusuf’, sebuah majalah yang tidak memperhatikan persoalan kerohanian. Tulisan itu berjudul, ‘Penduduk Syurga bukanlah Orang-Orang yang Berbahagia.’ Yang dimaksudkan dengan penduduk itu ialah penduduk negeri Sweden, yang hidupnya dalam tingkat perekonomian yang tinggi. Setiap rakyat Sweden tidak perlu merasa takut dan cemas terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesengsaran di hari tua. Pendek kata, mereka hidup dalam keadaan yang cukup serba-serbi. Negara memberikan jaminan yang cukup besar dalam segala keperluan hidup, sehingga bagaimana juapun tidak perlu ada kekhuatiran dalam segala bidang kehidupan kebendaan mereka.
  
Namun anehya, dengan keadaan sedemikian senang, begitu makmur dan selesa, orang-orangnya masih hidup susah, berkeluh-kesah, mengeluh dan kesal serta ada yang sampai berputus asa. Akibatnya banyak yang melarikan diri dari hidup yang dirasanya penuh kesulitan dengan cara membanuh diri. Cara ini digunakan oleh beratus-ratus dan bahkan beribu-ribu orang sebagai jalan keluar dari kesulitan.

IMAN SUMBER KEBAHAGIAAN

   Maka, dapat disimpulkan bahwa bukanlah dengan banyaknya harta, tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjamin kebahagiaan seseorang. Kebahagiaan itu ditemui hanya dengan KEIMANAN. Hanya keimanan yang dapat memancarkan ke dalam hati manusia sumber-sumber kebahagiaan, yang dirindukan oleh setiap orang. Kebahagiaan hanya akan menjadi kenyataan sekiranya wujud ketenangan, ketenteraman, keamanan batin, pengharapan, cita-cita dan kasih sayang. Untuk semua itu, iman yang menjadi sumbernya. Dengan keimanan, maka terciptalah keamanan lahir dan batin. Oleh itu, seharusnya kita menghargai nikmat iman yang telah kita kecapi dan berusaha terus untuk meningkatkannya tanpa rasa jemu dan lelah.

Ingatlah kata-kata Saidina Umar,“Nahnu qaumun a’azzanallah bil Islam, famahna nabtaghi izzah, bi ghairi ma a’azzanallah, azallanallahu. Kita adalah kaum yang hina, KEMUDIAN ALLAH MULIAKAN KITA DENGAN ISLAM, BARANGSIAPA YANG MENCARI KEMULIAAN SELAIN DARI APA YANG ALLAH MULIAKAN KITA, MAKA ALLAH PASTI AKAN MENGHINA KITA.”

   Sebagai kesimpulan, kebahagiaan itu dapat digambarkan bagai sebuah pohon yang rendang. Tempat tumbuhnya ialah jiwa dan hati nurani. Keimanan pada Allah itulah pengairan dan makanannya, menjadi udara dan cahaya yang membantu pertumbauhannya.

Moga bermanfaat. Petikan dari buku ‘Iman dan Kehidupan’, karya Dr. Yusuf al-Qardhawi.

No comments:

 

Template by BloggerCandy.com