KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan itu
merupakan syurga impian, yang dirindukan oleh setiap orang. Daripada ahli fikir
yang berada di puncak pemikiran dan renungannya, sehinggalah kepada rakyat
biasa yang hidup dalam serba kekurangan dan kesederhanaan. Daripada raja-raja
yang bersemayam dalam mahligai dan istana yang indah, hinggalah kepada kaum
miskin yang melarat, hanya mendiami tempat tinggal yang kecil, semuanya
merindukan kebahagiaan. Pasti tidak ada seorangpun yang menginginkan atau
mencari nasib yang malang, dan tidak ada pula yang merasa puas dengan
kesengsaraan hidupnya.
Maka timbullah
persoalan, “DI MANAKAH LETAKNYA KEBAHAGIAAN?”
Banyak orang mencari
kebahagiaan, tetapi dicarinya bukan di tempat kebahagiaan itu terletak.
Akibatnya, bagai orang mencari mutiara di gurun pasir, lalu pulang dengan
tangan yang kosong. Dia pulang hanya membawa kaletihan badan, kekecewaan
perasaan, kesal dan putus harapan.
BAHAGIA BUKAN DALAM KEBENDAAN
Sebagai contoh, kita
kemukakan di sini apa yang ditulis oleh pemimpin redaksi majalah ‘Ros el Yusuf’,
sebuah majalah yang tidak memperhatikan persoalan kerohanian. Tulisan itu
berjudul, ‘Penduduk Syurga bukanlah Orang-Orang yang Berbahagia.’ Yang
dimaksudkan dengan penduduk itu ialah penduduk negeri Sweden, yang hidupnya
dalam tingkat perekonomian yang tinggi. Setiap rakyat Sweden tidak perlu merasa
takut dan cemas terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesengsaran di hari tua.
Pendek kata, mereka hidup dalam keadaan yang cukup serba-serbi. Negara
memberikan jaminan yang cukup besar dalam segala keperluan hidup, sehingga
bagaimana juapun tidak perlu ada kekhuatiran dalam segala bidang kehidupan kebendaan
mereka.
Namun anehya, dengan
keadaan sedemikian senang, begitu makmur dan selesa, orang-orangnya masih hidup
susah, berkeluh-kesah, mengeluh dan kesal serta ada yang sampai berputus asa.
Akibatnya banyak yang melarikan diri dari hidup yang dirasanya penuh kesulitan
dengan cara membanuh diri. Cara ini digunakan oleh beratus-ratus dan bahkan
beribu-ribu orang sebagai jalan keluar dari kesulitan.
IMAN SUMBER KEBAHAGIAAN
Maka, dapat
disimpulkan bahwa bukanlah dengan banyaknya harta, tingginya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menjamin kebahagiaan seseorang. Kebahagiaan itu ditemui hanya
dengan KEIMANAN. Hanya keimanan yang dapat memancarkan ke dalam hati manusia
sumber-sumber kebahagiaan, yang dirindukan oleh setiap orang. Kebahagiaan hanya
akan menjadi kenyataan sekiranya wujud ketenangan, ketenteraman, keamanan
batin, pengharapan, cita-cita dan kasih sayang. Untuk semua itu, iman yang
menjadi sumbernya. Dengan keimanan, maka terciptalah keamanan lahir dan batin.
Oleh itu, seharusnya kita menghargai nikmat iman yang telah kita kecapi dan
berusaha terus untuk meningkatkannya tanpa rasa jemu dan lelah.
Ingatlah kata-kata Saidina Umar,“Nahnu qaumun a’azzanallah
bil Islam, famahna nabtaghi izzah, bi ghairi ma a’azzanallah, azallanallahu. Kita
adalah kaum yang hina, KEMUDIAN ALLAH MULIAKAN KITA DENGAN ISLAM, BARANGSIAPA
YANG MENCARI KEMULIAAN SELAIN DARI APA YANG ALLAH MULIAKAN KITA, MAKA ALLAH
PASTI AKAN MENGHINA KITA.”
Sebagai kesimpulan, kebahagiaan itu dapat digambarkan bagai sebuah pohon yang rendang. Tempat tumbuhnya ialah jiwa dan hati nurani. Keimanan pada Allah itulah pengairan dan makanannya, menjadi udara dan cahaya yang membantu pertumbauhannya.
Moga bermanfaat. Petikan dari buku ‘Iman dan Kehidupan’,
karya Dr. Yusuf al-Qardhawi.