Merah yang mengalir..
Bisanya,
Pedihnya,
Bagai keramat garam ditumpahkan ke atasnya,
Terkunci bicara,
bisu suara,
Tatkala,jauh keheningan sana,
Bumi lahirnya para anbiya'
tanah suci,junjungan diisra'kan,
Palestine tercinta,
Umatku di sana tetindas,
Maruahnya dirobek-robek,
Nasib..Perlarian di tanah sendiri,
pemandangannya cukup indah,
berlatarkan bebata keruntuhan,
lambang kejatuhan sebuah daulah,
aliran airnya juga cukup segar,
Campuran suci merah saga Syuhada',
Sehariannya juga cukup indah,
Kehadiran tamu-tamu tanpa diundang,
Peluru-peluru sesat,
titisan-titisan hujan putih,
Menanti membakar isi daging..
Tetapi..
Mereka yang seakidahku ini,
Orangnya hebat,
tidak gentar menghadapi thagut,
datanglah jentera sehebat mana,
Senjata tiada terlawan canggihnya,
Tapi tahu..
suara apa yang mereka zahirkan,
TANAH INI MILIK UMATKU,
BIAR JIWA TERKORBAN,NYAWA KEHILANGAN,
TIADA PERNAH KUREDHA BUMI INI TERJAJAH,
INI MARUAHKU,
BIAR KuTERHINA DI MATA MANUSIA,
ASAL MULIA DI MATA PENCIPTA..
Tiada yang hebat tentang pejuang-pejuangnya,
hanya..
kecil cilik bersama kerikil tajam,
membidas bersama lafaz bismillah jadi taruhan,
menyerang jentera milikan syaitan,
balingan-balingan kudus itu tiada terkesan,
Juga,
si tua lemah tidak berdaya,
Nadinya kian perlahan,
Menunggu dijemput pulang tuannya,
Pemuda-pemuda yang tiada gentar,
yakin dalam perjuangan,
kerna,
tekad mereka hanya satu,
BIAR MATI SYUHADA' JANGAN MATI TERJAJAH,
Dan kumerenung kosong pada saudara seakidah mereka,
Hidup penuh kenikmatan,
Dan terus dengan persoalan kosong,
Kononnya menanti penyelamat ummat
Menunggu hadirnya Salahuddin al-Ayyubi ke-2,
Mengapa?
Mengapa perlu menunggu?
Sahutlah cabaran itu,
Kita mampu,
Kuncinya,nyalaan azam dan tekad,
Tanah itu mampu kita selamatkan,
Syaratnya,jangan terus menunggu
tapi kita perlu menjadi,
Ya..jadilah penyelamat agama